MAKNA DAN SINOPSIS TARI TOPENG CIREBON
A. Tari topeng panji
Tari
topeng ini berkarakter halus. Ditampilkan pada kesempatan pertama.
Menurut mereka, Panji berasal dari kata siji (satu, atau pertama), mapan
sing siji (percaya kepada Yang Satu). Gerak tarinya senantiasa kecil
dan lembut, minimalis dan lebih banyak diam. Kata Mutinah (dalang topeng
asal Gegesik, Cirebon), menarikan topeng Panji itu kaya wong urip tapi
mati, mati tapi urip. Ungkapan tersebut adalah untuk menjelaskan, bahwa
topeng Panji itu memang tidak banyak gerak, seperti orang yang mati tapi
hidup, hidup tapi mati.
Koreografinya lebih banyak diam, dan inilah sebagai salah satu hal
yang menyebabkan tari ini kurang disukai oleh penonton, terutama
penonton awam. Tari ini diiringi oleh beberapa lagu yang terangkai
menjadi satu struktur musik yang panjang dan sulit. Lagu pokoknya
disebut Kembang Sungsang yang dilanjutkan dengan lagu lontang gede,
oet-oetan, dan pamindo deder.
Kecuali di Losari, para dalang topeng Cirebon pada umumnya tidak
mengaitkan tariannya dengan tokoh Panji seperti dalam cerita Panji.
Artinya, nama tari tersebut bukan sebagai gambaran tokoh Panji. Kata
Panji hanya dipinjam untuk menyatakan salah satu karakter tari yang
halus, yang secara kebetulan karakternya sama tokoh Panji. Berbeda
dengan di Losari, dan sepanjang yang diketahui saat ini, topeng di
daerah ini adalah satu-satunya gaya yang tidak menampilkan kedok Panji
sebagai tari yang ditampilkan pada bagian pertama (babakan). Gaya ini
tidak sebagaimana lazimnya tari topeng di daerah lain. Kedok Panji
justru ditarikan dalam sebuah lakonan dan penarinya benar-benar
memerankan tokoh Panji.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=896&lang=id#sthash.wxE3AcUF.dpuf
Tari ini berkarakter halus. Gerak tarinya senantiasa kecil dan lembut.
Langkahnya minimalis dan lebih banyak diam. Kedoknya yang berwarna putih
dan tanpa ornamentasi yang rumit, menggambarkan kesucian seorang
manusia yang baru lahir. Ia tidak perlu dirias, mukanya dibiarkan alami.
Sunggingan matanya disebut wiji bonténg (biji ketimun) dan tatapannya
liyep, pandangannya merunduk dan senyumnya dikulum. Raut wajahnya
(wanda)menunjukkan seseorang yang alim, jika ia bertutur kata, suaranya
lemah-lembut. Topeng Panji sebanding dengan tokoh Arjuna, atau Rama
dalam cerita wayang.
Kata Pamindo,
di kalangan seniman topeng Cirebon, berasal dari kata pindo, artinya kedua.
Kata pindo, umumnya sangat berkaitan dengan urutan penyajian topeng Cirebon itu
sendiri, yang artinya juga sama dengan penyajian tari bagian (babak) kedua.
Akan tetapi, khusus untuk topeng gaya Losari, tarian tersebut justru ditarikan
pada bagian pertama dan digambarkan sebagai tokoh Panji Sutrawinangun. Dalam
gaya topeng Losari memang tidak dikenal adanya tari topeng Panji secara khusus,
karena topeng Panji ditarikan dalam topeng lakonan.
Karakter
tari topeng tersebut adalah genit atau ganjen (bhs. Jw. Cirebon), sama dengan
karakter tokoh Samba dalam cerita wayang Purwa. Oleh sebab itu, tari ini juga
sering disebut dengan topeng Samba. Gerakannya gesit dan menggambarkan seseorang
yang tengah beranjak dewasa, periang, dan penuh suka cita. Itulah sebabnya,
mengapa gerakan tari topeng ini seperti kesusu (terburu-buru), mirip dengan
perilaku dan kehidupan seorang anak muda.
C. Tari Topeng rumyang
Topeng Rumyang merupakan gambaran dari fase kehidupan
remaja pada masa akhil balig
D. Tari topeng tumenggung Cirebon
·
Topeng Tumenggung, gambaran dari kedewasaan seorang manusia,
penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok prajurit yang tegas, penuh dedikasi,
dan loyalitas seperti pahlawan
E. Tari topeng klana cirebon
- Topeng Kelana/Rahwana merupakan visualisasi dari watak manusia yang serakah, penuh amarah, dan ambisi. Sifat inilah yang merupakan sisi lain dari diri manusia, sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri manusia. Gerakan topeng Kelana begitu tegas, penuh dengan ambisi layaknya sosok raja yang haus ambisi duniawi.
Tari
topeng ini berkarakter halus. Ditampilkan pada kesempatan pertama.
Menurut mereka, Panji berasal dari kata siji (satu, atau pertama), mapan
sing siji (percaya kepada Yang Satu). Gerak tarinya senantiasa kecil
dan lembut, minimalis dan lebih banyak diam. Kata Mutinah (dalang topeng
asal Gegesik, Cirebon), menarikan topeng Panji itu kaya wong urip tapi
mati, mati tapi urip. Ungkapan tersebut adalah untuk menjelaskan, bahwa
topeng Panji itu memang tidak banyak gerak, seperti orang yang mati tapi
hidup, hidup tapi mati.
Koreografinya lebih banyak diam, dan inilah sebagai salah satu hal
yang menyebabkan tari ini kurang disukai oleh penonton, terutama
penonton awam. Tari ini diiringi oleh beberapa lagu yang terangkai
menjadi satu struktur musik yang panjang dan sulit. Lagu pokoknya
disebut Kembang Sungsang yang dilanjutkan dengan lagu lontang gede,
oet-oetan, dan pamindo deder.
Kecuali di Losari, para dalang topeng Cirebon pada umumnya tidak
mengaitkan tariannya dengan tokoh Panji seperti dalam cerita Panji.
Artinya, nama tari tersebut bukan sebagai gambaran tokoh Panji. Kata
Panji hanya dipinjam untuk menyatakan salah satu karakter tari yang
halus, yang secara kebetulan karakternya sama tokoh Panji. Berbeda
dengan di Losari, dan sepanjang yang diketahui saat ini, topeng di
daerah ini adalah satu-satunya gaya yang tidak menampilkan kedok Panji
sebagai tari yang ditampilkan pada bagian pertama (babakan). Gaya ini
tidak sebagaimana lazimnya tari topeng di daerah lain. Kedok Panji
justru ditarikan dalam sebuah lakonan dan penarinya benar-benar
memerankan tokoh Panji.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=896&lang=id#sthash.wxE3AcUF.dpuf